Jika
biasanya menggambar batik menggunakan pensil dan memakan waktu berhari-hari
untuk membuatnya. Tapi dengan bantuan komputer, desain motif batik bisa dibuat
dengan cepat dan mudah. Nancy Margried beserta dua orang temannya, Muhammad
Nukman dan Yun Hariadi membuat sebuah software khusus bernama JBatik. Selama
ini pembuatan batik selalu dilakukan secara tradisional, khususnya dalam hal
pembuatan motif.
Secara
tradisional, pengrajin memerlukan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu
untuk membuatnya. Padahal, untuk memenuhi kebutuhan pasar, pengrajin dituntut
untuk bisa membuatnya secara cepat. Nancy dan rekan-rekannya pun memiliki
gagasan mengembangkan software yang bisa mempermudah pembuatan motif batik. Maka
tercetuslah batik fractal, motif batik yang dibuat dengan bantuan software
komputer.
Tantangan
pertama yang dihadapi mereka adalah pengumpulan motif-motif yang ada. Kocek
pribadi pun dirogoh untuk riset mengumpulkan motif-motif batik tersebut. Agar
mempermudah, motif batik yang dikumpulkan difokuskan pada batik dari Jawa.
Khususnya, dari wilayah Yogyakarta, Solo, Pekalongan dan Cirebon. Huruf J pada
JBatik pun mengacu pada hal itu: yaitu Java Batik. Sekaligus mengacu pada
bahasa pemrograman Java yang mereka gunakan.
Tantangan
berikutnya bagi tim JBatik adalah pendanaan. Setelah dana patungan para
pendirinya, mereka mau tak mau membutuhkan suntikan dana pihak luar. Salah
satunya, melalui bantuan dari USAID sebesar Rp 250 juta yang digunakan untuk
pengembangan awal piranti lunak tersebut.
Sejak
2008, software JBatik mulai dijual. Versi komersialnya bernama JBatik Pro. Namun,
Nancy mengatakan, mayoritas pengrajin batik di Indonesia belum terbiasa
menggunakan software. Hal ini jadi tantangan tersendiri. Meski demikian,
perlahan pengrajin batik mulai mau membeli software tersebut. Hingga saat ini,
software JBatik Pro sudah terjual 400 unit software.
Nancy
mengatakan kebanyakan yang beli orang Indonesia, tapi ada juga dari Inggris dan
Swedia, tapi masih perorangan. Satu software dihargai Rp 300.000. Seperti
kebanyakan pebisnis piranti lunak di Indonesia, Nancy melihat maraknya
pembajakan sebagai salah satu tantangan yang cukup berat. Hal itu yang membuat
JBatik masih dijual secara terbatas. Yaitu, melalui outlet JBatik di Bandung
atau pesan kirim via website.
Cara
lain yang dilakukan Nancy dan kawan-kawan adalah membuat ekosistem bisnis
sendiri. Cara ini mirip seperti yang dilakukan oleh Apple. Caranya, JBatik
membuat JBatik Academic Program. Di sini pengrajin akan mendapat pelatihan
khusus cara membuat motif batik dengan software. Dengan demikian, pembeli bukan
hanya membeli software dalam kotak tapi juga mendapatkan pelatihan cara
menggunakannya.
Software
ini terdiri dari dua edisi, JBatik pro untuk profesional dan JBatik mini untuk
pemula. JBatik pro sudah diupgrade sebanyak dua kali dan dijual dengan harga Rp
300.000. Sementara JBatik Mini belum diluncurkan dan hanya akan dijual seharga
Rp 30.000. Khusus untuk JBatik Mini, mendesain batik seolah seperti membuat
puzzle. Pengguna bisa memilih pola-pola batik yang ada, menggabungkan, rotasi,
mengubah warna hingga memperbanyak pola dengan sekali sentuhan.
Software
ini memang hanya memerlukan kreativitas pengguna dan siapapun bisa membuat
motif batik yang disukainya secara mudah. Namun bila menginginkan desain batik
yang lebih profesional, maka bisa menggunakan JBatik Pro yang sudah menerapkan
konsep fractal. Nancy menambahkan bahwa dari JBatik Mini saja sudah bisa
digunakan untuk membuat desain batik professional.
Software
JBatik bisa diaplikasikan tidak hanya di kain saja, tapi juga bisa diterapkan
di wallpaper,
desain kriya atau furniture seperti ukiran di kayu dan sebagainya. Bahkan
desain-desain poster atau papan iklan yang ingin membuat latar belakang batik,
bisa dibuat dari software tersebut.
http://tekno.kompas.com/read/2012/03/04/14553266/JBatik.Membuat.Batik.dengan.Komputer
No comments:
Post a Comment